MAKALAH
PENGARUH KINERJA JEMBATAN
TIMBANG
Disusun oleh : MADYA MKTJ B
ALEX TRICK
SETIAWAN
ANDHINA
HANURITA
DELVIS
YENDRA
ISNA ZUNI
AHMAD
SHALIHUL
WILDAN
DOSEN PEMBIMBING : WILDAN, S.SiT
POLITEKNIK KESELAMATAN
TRANSPORTASI JALAN
TAHUN 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena Rahmat dan Hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan Makalah “Pengaruh Kinerja Jembatan Timbang Terhadap Kecelakaan
Lalu Lintas” ini tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat untuk mengembangkan
wawasan Taruna/i mengenai kondisi jembatan timbang serta
permasalahan-permasalahannya.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam
penulisan Makalah “Pengaruh Kinerja Jembatan Timbang Terhadap Kecelakaan Lalu
Lintas” ini banyak sekali kekurangannya karena kurangnya waktu dan terbatasnya
tenaga serta faktor – faktor lain yang menyebabkan makalah ini kurang sempurna.
Untuk itu kami mengharapkan saran atau masukan yang membangun dari pihak –
pihak pembaca laporan ini demi perbaikan dan kesempurnaan dalam pembuatan
laporan selanjutnya.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
memiliki peranan yang besar bagi para pembaca.
Tegal,
1 April 2013
Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia
sebagai negara yang sedang berkembang banyak melakukan kegiatan - kegiatan
dalam pembangunannya khususnya kegiatan di bidang ekonomi. Pergerakan di bidang
ekonomi ini membutuhkan adanya sarana dan prasarana yang baik untuk menunjang
perkembangannya, khususnya sarana dan prasarana transportasi. Ini dikarenakan
pergerakan ekonomi tersebut tidak hanya berkutat pada satu wilayah tertentu
saja tetapi juga menjangkau, melibatkan dan berhubungan dengan wilayah lainnya.
Transportasi
merupakan gambaran kasar dari tingkat kemajuan dan pola perilaku disuatu
wilayah. Secara umum kegiatan
transportasi adalah memindahkan orang dan/atau barang dari tempat asal ketempat
tujuan dengan mengunakan moda. Kegiatan tranportasi ini diharapkan dapat
memberikan pelayanan yang efektif dan efisien yang pada dampaknya akan ikut
mengembangkan roda perekonomian. Efisien dalam tranportasi yang dimaksud adalah
dapat memberikan kemudahan seperti dalam hal kecepatan dan biaya. Kecepatan
disini juga harus memperhatikan tingkat keselamatan penguna jalan baik
pengemudi maupun penguna jasa yang lain, sedangkan biaya disini pengaruh
terhadap bahan bakar yang digunakan untuk melakukan perjalanan yang dipengaruhi
oleh faktor sarana itu sendiri dan prasarana. Efektif yang dimaksud berkaitan
dengan waktu perjalanan dengan kemudahan akses jalan yang dipakai untuk sampai
ketempat tujuan.
Namun, seperti
yang kita ketahui bersama bahwa kondisi jalan yang ada di Indonesia sebagian
besar sudah mengalami kerusakan. Baik karena factor alam maupun factor manusia.
Factor alam seprti cuaca dan kondisi tanah yang tidak mendukung. Sedangkan
untuk factor manusia antara lain kesalahan desain geometric jalan, kecurangan
pada saat pembuatan jalan seperti KKN, sampai dengan perilaku pengguna jalan
dan aparat yang bertanggung jawab untuk masalah tersebut. Dan karena kerusakan
pada jalan tersebut pastinya dapat memicu terjadinya kecelakaan.
Namun, pada
makalah ini yang akan dibahas hanyalah sebatas “Kecelakaan Lalu Lintas
Akibat Jalan Rusak Karena Muatan Berlebih pada Kendaraan
Bermotor”.
B. TUJUAN DAN MANFAAT
-
Tujuan dilakukannya penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut :
a.
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Human Factor and Ergonomy,
b. Untuk
mengetehaui kinerja petugas di jembatan timbang apakan sudah sesuai dengan
tugas atau belum,
c. Untuk
mengetahui permaslahan yang dihadapi oleh petugas di jembatan timbang.
-
Manfaat dari makalah ini antara lain sebagai
berikut :
a.
Memberikan gambaran umum tentang fungsi jembatan
timbang,
b.
Memberikan pengetahuan tentang kinerja jembatan
timbang,
c.
Mampu memberikan solusi bagi permasalahan di
jembatan timbang.
C. RUMUSAN MASALAH
a.
Apa pengertian jembatan timbang?
b.
Bagaimana kinerja jembatan timbang?
c. Permasalahan
apa saja yang dihadapi oleh instansi jembatan timbang?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Jembatan
Timbang
Dalam aktivitas angkutan barang
terdapat peraturan yang mengatur mengenai beban muatan dengan mempertimbangkan
kemampuam layanan jalan dan disesuaikan dengan kelas jalan yang ada.
Berdasarkan peraturan daerah yang berlaku yaitu Perda Jateng No. 4 Tahun 2001,
ditetapkan peraturan mengenai batasan kelebihan muatan setinggi-tingginya
adalah 30%. Sedangkan berdasarkan
kesepakatan delapan propinsi yang didasari oleh berbagai pertimbangan, maka
pada pelaksanaannya di lapangan ditetapkan aturan mengenai kelebihan muatan
sebagai berikut :
a.
Untuk kelebihan muatan 5% - 70 % dikenakan denda
atau retribusi.
b.
Untuk kelebihan muatan 70% dikenakan
tilang.
c. Untuk
kelebihan muatan lebih dari 70% maka angkutan barang diminta untuk menurunkan
muatan di jembatan timbang atau dikembalikan ke tempat asal.
Adanya perbedaan mengenai aturan
kelebihan muatan tersebut tentunya akan berpengaruh kepada kondisi perkerasan
jalan yang ada, dimana kelas jalan telah ditetapkan sesuai dengan beban standar
yang ada yaitu MST 10 ton. Sehingga perlu dilakukan kajian mengenai kelebihan
muatan oleh angkutan barang, terutama dalam kaitannya dengan laju penurunan
kinerja jalan yang dipengaruhi oleh faktor beban lalu lintas yang dilayani.
B. Pengertian Jembatan Timbang
Yang dimaksud dari
jembatan timbang ialah jembatan yang telah dilengkapi
dengan sensor Loadcell untuk membaca berat dari media yang akan di timbang.
Jembatan Timbang terdiri dari
beberapa komponen penunjang diantaranya :
•
Indicator Timbangan
•
Loadcell ( Sensor )
•
Konstruksi Timbangan ( Besi WF : 500 / 600 / 200
Untuk Main Beam & Cross Beam )
•
Pondasi ( Bisa berupa cakar ayam atau tiang
pancang )
•
Kamera
• Software
dan printer
Indicator Jembatan Timbang
Indicator adalah alat yang
digunakan untuk membaca dan mengetahui berat dari mobil / truck yang ditimbang,
sama seperti timbangan pada umumnya Indicator merupakan komponen penting dari
sebuah
Jembatan Timbang
Loadcell
/ Sensor Timbangan
Ialah satu dari bagian Jembatan
Timbang yang letaknya antara pondasi dan konstruksi Jembatan Timbang, Loadcell
umumnya terbuat dari Alloy Stell & Stainless Stell, kapasitas Loadcell
tergantung dari kapasitas Jembatan Timbang ada yang 20 / 25 / 30 Ton.
Konstruksi Jembatan Timbang
Konstruksi
Jembatan Timbang sedikit berbeda dengan Jembatan biasa pada umumnya, karena
terbuat dari plat dan besi yang khusus didesain untuk alat timbang dan telah
disertifikasi contoh dari besi tersebut adalah Besi WF : 500 / 600 / 200 Untuk
Main Beam & Cross Beam.
Pondasi
Pondasi Jembatan Timbang sama
seperti pondasi pada umumnya yang biasanya terbuat dari Tiang Pancang maupun
cor beton, hanya saya pondasi jembatan timbang tatakannya menggunakan base
plate yang berfungsi untuk menahan konstruksi dan Laodcel
Kamera Timbangan
Beberapa jembatan timbang telah
dilengkapi dengan kamera yang berfungsi untuk menyimpan data mobil dan material
truck maupun mobil yang ditimbang baik nomor kendaraan maupun material truck.
Software & Printer
Software
Jembatan Timbang fungsinya hampir sama seperti software yang biasanya digunakan
untuk parkir kendaraan bermotor, hanya perbedaanya jika software parkir biasa
tidak dilengkapi dengan data material maupun berat dari kendaraan yang lewat,
jika di software Jembatan Timbang semua data tersebut bisa terrecord /
tersimpan.
C. Fungsi Jembatan Timbang
Menurut
KM 5 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Penimbangan Kendaraan
Bermotor di Jalan ada beberapa fungsi dari Jembatan Timbang, diantaranya
:
Fungsi pemantauan
Hal ini dilakukan untuk melihat gelagat
atau tren lalu-lintas angkutan barang dan kelebihan muatan. Tentu saja dengan
perkembangan yang pesat jenis kendaraan, maka jembatan timbang yang lama tidak
mampu lagi memantau lalu lintas angkutan barang dewasa ini, karena jembatan
timbang lama memiliki kapasitas rendah dan timbangan yang pendek.
Fungsi pengawasan
Lalu-lintas angkutan barang perlu
diawasi tonasenya dan jenis barangnya, agar Pemerintah dapat mengawasi
permintaan dan penawaran dari barang tersebut.
Fungsi penindakan
Tiap jalur atau ruas jalan mempunyai
kelas jalan, yang berarti kemampuan daya dukung jalan berdasarkan Keputusan
Menteri. Untuk menjaga kerusakan jalan perlu dilakukan penindakan berdasarkan
berat tonase yang diijinkan, berikut toleransinya, di mana kendaraan bermotor
tidak boleh melebihi muatan, pada jaringan jalan masing-masing pulau berikut
ini. Dengan ketentuan ini, maka kendaraan yang melebihi muatan akan ditindak
sesuai dengan ketetntuan yang berlaku.
Berkaitan dengan kebijaksanaan
Pemerintah dalam menanggulangi muatan lebih melalui penetapan kelas jalan:
1. Kep. Menhub No. KM 55 tahun 1999 tentang Penetapan Kelas Jalan di Pulau
Jawa
2. Kep. Menhub No. KM 1 tahun 2000 tentang Penetapan Kelas Jalan di Pulau
Sumatera,
3. Kep. Menhub No. KM 13 tahun 2001 tentang Penetapan Kelas Jalan di Pulau
Sulawesi,
4. Kep. Menhub
No. KM 1 tahun 2003 tentang Penetapan
Kelas Jalan di Pulau Kalimantan,
D. Kinerja Jembatan Timbang
a. Proses Penimbangan Kendaraan Secara Konvensional
•
Kendaraan masuk komplek jembatan timbang melalui
jalur masuk
•
Kendaran berhenti di atas platform untuk
ditimbang
•
Petugas timbang mengaktifkan timbangan untuk
dilihat berat kendaraan.
•
Untuk jembatan timbang modern, petugas kemudian
memasukkan data JBB/JBKB kendaraan, dan komputer menghitung secara otomatis.
•
Kalau hasilnya bahwa terjadi kelebihan muatan,
maka sopir/kenek kemudian membayar denda sesuai dengan kelebihan muatan.
• Namun
kalau kelebihan muatan terlalu besar sesuai peraturan, maka kendaraan kemudian
memasuki jalur gudang/palataran penyimpanan muatan lebih, dan kendaraan
memasuki jalur timbangan untuk ditimbang sekali lagi, kalau masih kelebihan
muatan masuk ke palataran penumpukan barang, Kalau sudah OK,
kendaraan keluar melalui jalur keluar
b. Proses Jembatan Timbang Modern
Pada jembatan timbang modern terdapat dua deteksi penimbangan
diantaranya :
Penimbangan
awal
Kendaraan masuk pada alat deteksi awal, di mana secara
otomatis kendaraan yang kelebihan muatan yang berlebihan sekali terdeksi yang
tidak masuk dalam toleransi, dan harus masuk jalur pembongkaran untuk
membongkar kelebihan muatan, kemudian masuk lagi ke deteksi awal.
Penimbangan
Kendaraan
Kendaraan yang sudah OK masuk jalur
penimbang dan berhenti di palform untuk ditimbang. Kalau masih kedapatan
kelebihan muatan yang masuk dalam tolrensi, maka sopir/kenek bayar denda dan
retribusi, atau yang OK terus keluar setelah membayar retribusi.
E. Permasalahan
Seperti yang
kita ketahui bahwa faktor muatan sangat berbengaruh terhadap keselamatan
berlalu lintas. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Karena dengan muatan yang
berlebih pastinya akan mengurangi tingkat keseimbangan kendaraan yang tentu
akan menimbulkan potensi kecelakaan. Muatan yang berlebih akan tidak hanya
membahayan pengemudi, tapi juga akan membahayakan pengguna jalan lainnya.
Selain itu dampak dari kelebihan muatan yang berkepanjangan (terus-menerus)
juga dapat mengakibatkan kerusakan geometrik jalan, seperti jalan yang
berlubang dan bergelombang. Dengan rusaknya geometrik jalan maka juga akan
berdampak pada keselamatan lalu lintas. Perkerasan lentur biasanya akan cepat
rusak apabila muatan angkutan barang tersebut melebihi batas ketentuan.
Jembatan timbang juga tidak mempunyai
tempat apabila angkutan barang muatannya berlebih. Jadi apabila muatan dari
kendaraan bermotor berlebih maka petugas jembatan timbang hanya meminta denda
tapi petugas tersebut tidak memberikan sanksi yang tegas. Ini sudah menjadi
kebiasaan dari petugas jembatan timbang dan pengemudi angkutan barang,
akibatnya muatan yang berlebih tersebut akan berdampak pada keselamatan lalu
lintas.
F. Solusi
Fungsi dari
jembatan timbang harus diperbaiki lagi, agar kinerja dari jembatan timbang
tersebut dapat berjalan dengan baik. Apabila muatan angkutan barang berlebih
dimana untuk kelebihan muatan lebih dari 70% maka angkutan barang diminta untuk
menurunkan muatan di jembatan timbang atau dikembalikan ke tempat asal.
Seharusnya jembatan timbang harus menyediakan tempat yang bisa menampung muatan
berlebih tersebut. Petugas jembatan timbang harus memberikan sanksi yang tegas
kepada pengemudi angkutan barang jika muatannya berlebih. Bukan meminta denda
dan membiarkan angkutan barang tersebut pergi tanpa menurunkan muatan yang
berlebih.
Apabila jembatan timbang dapat berjalan
sebagaimana dengan aturannya, maka faktor kecelakan dapat diminimalisir dan
geometrik jalan pun tidak akan cepat rusak. Karena faktor utama yang
menyebabkan geometrik jalan cepat rusak yaitu muatan yang berlebih dari
angkutan umum.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
• Jembatan
timbang mempunyai sensor Loadcell yang letaknya antara pondasi dan konstruksi
Jembatan Timbang, kapasitas Loadcell tergantung dari kapasitas Jembatan Timbang
ada yang 20 / 25 / 30 Ton.
• Jembatan
timbang mempunya beberapa komponen penunjang, yaitu indicator timbangan, sensor
Loadcell. Pondasi, konstruksi, kamera, software dan printer
• Fungsi
dari jembatan timbang yaitu, fungsi pemantauan, fungsi pengawasan dan fungsi
penindakan
• Kinerja
jembatan timbang meliputi proses penimbangan secara konvensional dan proses
penimbangan secara modern
• Apabila
muatan berlebih maka angkutan barang diminta menurunkan muatan tersebut atau
mengembalikan pada tempatnya.
• Angkutan
barang yang mempunyai muatan berlebih akan berdampak pada keselamatan lalu
lintas.
B. Saran
•
Perlu adanya kajian ulang tentang muatan
berlebih pada jembatan timbang.
• Jembatan
timbang harus menyediakan tempat untuk muatan berlebih, dan sewaktuwaktu dapat
diambil lagi
• Jembatan
timbang harus ada pengawasan, supaya kinerja jembatan timbang dapat berjalan
dengan baik